Kamis, 29 Maret 2012

BADAI SALJU DI SUMATRA BARAT [NO HOAX]


Meski termasuk negara tropis, ternyata Indonesia pun bisa mengalami badai salju. Tidak percaya? Itulah yang terjadi ketika puluhan rumah warga mengalami kerusakan akibat dihantam badai salju yang melanda Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat (Sumbar). "Badai salju melanda Kabupaten Sijunjung pada Rabu (28/3) sekitar pukul 20.00 WIB mengakibatkan puluhan rumah mengalami kerusakan, "kata Kabid Penanggulangan Bencana BPBD Sumbar Ade Edwar di Padang, Kamis (29/3).

Menurutnya, berdasarkan data sementara diperoleh BPBD Sumbar, dimana 48 unit rumah atapnya beterbangan, dua unit rumah hancur berantakan. "Selain puluhan rumah warga rusak, badai salju juga merusak beberapa unit bangunan Sekolah Dasar (SD), tiga lokal belajar dan beberapa atapnya beterbangan, serta satu unit rumah dinas sekolah," katanya.

Dia menambahkan, badai salju yang melanda Kabupaten Sijunjung itu tidak menimbulkan korban jiwa, hanya mengalami kerugian materil. "BPBD masih melakukan penghitungan berapa kerugian harta benda ketika badai salju itu,"katanya.
Dia mengatakan, badai salju yang melanda Kabupaten Sijunjung hingga merusak puluhan rumah tersebut merupakan yang pertama kali terjadi di Sumbar. "Badai salju ini tidak pernah terjadi, ini merupakan pertama kali terjadi di Sumbar,"katanya.
Menurutnya, warga yang rumahnya mengalami kerusakan akibat dihantam badai salju telah dievakuasi ke tempat yang dirasakan aman. "BPBD telah mendirikan berapa unit tenda darurat bagi warga yang mengungsi, sementara itu bantuan akan segera dikirimkan,"katanya.

Dia menambahkan, untuk sementara aktivitas warga yang berada di Kabupaten Sijunjung masih belum pulih akibat badai salju yang melanda. "Masyarakat Kabupaten Sinjunjung masih merasakan khawatir jika badai salju susulan kembali terjadi, mereka berharap pemeerintah cepat memberikan bantuan,"katanya.





ilustrasi badai salju

Rabu, 28 Maret 2012

TEMPLE GRANDIN, PENYANDANG AUTIS DENGAN GELAR DOCTOR

Temple Grandin (lahir 3 Desember 1947) adalah seorang dokter Amerika dari ilmu hewan dan profesor di Colorado State University, penulis buku terlaris, dan konsultan untuk industri peternakan pada perilaku hewan. Sebagai orang dengan high-functioning autism, Grandin juga terkenal karena karyanya dalam advokasi autisme dan merupakan penemu mesin pemerasan dirancang untuk menenangkan orang hipersensitif.
Grandin terdaftar dalam daftar 2010 100 Waktu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia dalam kategori "Heroes".
Grandin lahir di Boston, Massachusetts, Richard Grandin dan Eustacia Cutler. Dia didiagnosis dengan autisme pada tahun 1950. Setelah diberi label dan didiagnosis dengan kerusakan otak pada usia dua tahun, ia ditempatkan di sebuah taman kanak-kanak terstruktur dengan apa yang dia anggap telah guru yang baik. Grandin ibu berbicara kepada seorang dokter yang menyarankan terapi wicara, dan dia menyewa seorang pengasuh yang menghabiskan berjam-jam bermain game turn-based dengan Grandin dan adiknya.
Pada usia empat, Grandin mulai berbicara, dan membuat kemajuan. Dia menganggap dirinya beruntung telah memiliki mentor mendukung dari sekolah dasar dan seterusnya. Namun, Grandin telah mengatakan bahwa sekolah menengah dan tinggi adalah bagian terburuk dalam hidupnya. Dia adalah "anak kutu buku" yang semua orang menggoda. Pada kali, sementara ia berjalan menyusuri jalan, orang akan mengejek dengan mengatakan "tape recorder," karena dia akan mengulangi hal lagi dan lagi. Grandin menyatakan bahwa, "Saya bisa tertawa tentang hal itu sekarang, tapi saat itu benar-benar terluka."
Setelah lulus dari Negara Hampshire School, sebuah sekolah asrama untuk anak-anak berbakat di Rindge, New Hampshire, pada tahun 1966, Grandin melanjutkan untuk mendapatkan gelar sarjana di bidang psikologi dari Franklin Pierce College pada tahun 1970, gelar master dalam ilmu hewan dari Arizona State University 1975, dan gelar doktornya dalam ilmu hewan dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign pada tahun 1989.
Menerima gelar doctrate Kehormatan dari Veterinary College Ontario, University of Guelph di Guelph, Ontario, Kanada pada pertemuan Musim Dingin 2012 di mana dia adalah keynote speaker.
Pada tanggal 16 Mei 2010, Grandin juga menerima gelar Doktor kehormatan letters Humane dari Duke University.
Gambar disamping adalah penemuannya untuk menghalau hewan-hewan agar lebih tenang saat tiba di penjagalan.
kisah Grandin telah di filmkan dengan judul Temple Grandin yang di perankan oleh Claire Danes.

KULIT TERBAKAR USAI PERAWATAN DI SALON


Charlotte Crisp, 40 tahun, berniat mempercantik dirinya dengan menjalani perawatan kecantikanmenggunakan teknologi cahaya. Namun yang terjadi adalah sesuatu yang ia tidak akan lupakan selama hidupnya.

Wanita yang berprofesi sebagai wartawan ini berniat menjalani perawatan 'Intense Pulsed Light Treatment' yang berguna untuk meratakan warna kulit. Hal ini ia lakukan semata pekerjaannya sebagai jurnalis, dimana ia diundang untuk me-review perawatan sekaligus tempat kecantikantersebut.


Sayangnya akibat perawatan yang tidak sesuai dengan prosedur, kulit wanita ini justruterbakar dan meninggalkan trauma mendalam baginya. Perawatan ini ia jalani tiga tahun yang lalu, dimana ia mendapatkan rekomendasi dari teman untuk menjalaninya.

Saat menjalani perawatan tersebut, ia merasakan ketidaknyamanan saat sinar ditembakkan ke arah dada dan wajahnya. 20 menit kemudian setelah meninggalkan mall tempat salon tersebut berada, ia sampai di rumah dan langsung berteriak histeris saat melihat dirinya di cermin.Wajahnya terbakar dan meninggalkan bekas kemerahan, begitu pula dengan area dadanya yang memiliki bekas luka merah seperti ditempeli strip perekat. Hal ini baru saja ia ceritakan tadi malam (5/11/2011) kepada radio BBC.

Sejak saat itu, ia menjalani serangkaian pengobatan dan mendapat penggantian yang cukup besar dari pihak salon. Namun dirinya merasa trauma yang tidak bisa hilang dari pikirannya.Heidi Worman, praktisi kecantikan menambahkan bahwa pemerintah harus memiliki dasar hukum yang jelas terhadap tempat-tempat kecantikan yang melakukan kesalahan prosedur, sehingga kejadian seperti ini tidak akan terulang dimanapun di masa depan. 


MAHASISWA JENIUS 9 TAHUN DARI INDONESIA

March Boedihardjo, satu dari banyak anak berprestasi Indonesia keturunan Tionghoa lahir pada tahun 1998 di Hongkong. March Boediharjo dan keluarganya adalah orang Indonesia yang bermukim di Hongkong. Dan ketika tahun 2005, March dan keluarganya hijrah ke United Kingdom, ketika kakak laki-lakinya, Horatio Boediharjo yang saat itu berusia 14 tahun mendapat beasiswa di Oxford University, dalam program Phd, dan membuat ia menjadi salah satu siswa termuda di universitas itu.

Kedua anak keturunan Boediharjo ini memang menunujukantalenta lebih dalam bidang ilmu matematika, ayahnya memang sudah sejak kecil mengenalkan matematika kepada kedua anaknya ini, bahkan ketika makan pun yang mereka bicarakan adalah soal matematika. March menyelesaikan sekolah menengahnya di Inggris ketika ia dan keluarganya menemani kakaknya menempuh pendidikan di Ingris. Hebatnya, dia masuk dalam kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk statistik.

Dia juga berhasil menembus Advanced Extension Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA, hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut. Ia juga mendapatkan 8 GCSEs dalam waktu yang sama dengan ketika ia mengikuti ujian A-level di Inggris. Setelah itu, ia pun mendaftarkan diri ke Baptist Hong Kong (HKBU), sebenarnya March sudah melamar ke beberapa universitas lain di Hong Kong. Di antaranya yaitu Universitas of Hong Kong, Hong Kong University of Science and Technology, dan Chinese University of Hong Kong. Namun, sayangnya universitas-universitas itu belum memberikan jawaban, aku ayah March.

Sebenarnya, March ingin menyusul kakaknya yang berusia 14 tahun yang melanjutkan pendidikan di Oxford University di Inggris, namun sayangnya keluarga mereka tidak punya cukup uang, waluapun ayahnya adalah seorang pengusaha karena biaya hidup di Inggris itu sangat mahal dan akhirnya March dan orang tuanya pun harus kembali ke Hongkong lagi meninggalkan kakaknya yang sedang menempuh pendidikan di Oxford.

Ia mencatatkan diri sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong Kong (HKBU). Di tahun-tahun pertamnya dia mengkritik bahwa pelajaran yang diajarkan terlalu mudah. Ia mendapatkan B+dan A- di hampir semua ujian matematika yang membuat ia masuk ke dalam daftar Dean, yaitu penghargaan bagi siswa yang memiliki IPK 3.00-3.49 dengan tidak ada nilai dibawah C. March juga akan memiliki gelar sarjana sains ilmu matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian lima tahun yaitu pada tahun 2010. Dia juga mengkritik bahwa ia tidak punya kesan baik terhadap rekan kuliahnya.

"Mereka tidak memberi tanggapan (di ruang kuliah). Mereka cuma mendengarkan dan satu sama lain tidak berinteraksi," katanya.

Anak itu mengatakan rekannya di sekolah sebelumnya "ingin bermain", tidak seperti mahasiswa perguruan tinggi.

Ketika ditanya tentang cara beradaptasi dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua darinya.”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-tugas matematika,’’ kisahnya.

Seorang wartawan BBC di Hongkong, Vaudine England pernah mewawancarinya suatu saat dan ia berkata bahwa March Tian Boedihardjo tidak beda dengan bocah-bocah lain yang berusia 9 tahun, ia masih memiliki sisi kejenakaan khas anak-anak dan March juga mengaku bahwa selain ia hobi melahap dan mempelajari semua buku matematika miliknya, ia juga sangat senang bermain catur, monopoli, dan lego. 

GLOBAL WARMING : HOW DOES IT WORK

Simply put, global warming can be defined as an increase in the average temperature of the Earth as a result of natural calamities and man-made destructions. While natural causes may include volcanic eruptions, movement in the tectonic plates, exploding of sunspots, or change in the Orbit of the Earth, man-made destructions include: deforestation, installation of power plants, burning fossil fuels and generation of poisonous gases. Greenhouse gases that occur naturally are held responsible for this increase in the Earth's climate, since the heat that is to be radiated back into the atmosphere, in reality, gets trapped, thus, leading to a sudden increase in the temperature. The following section explains in detail exactly how does global warming work towards disrupting the equilibrium of our blue planet, Earth.
Much has been said about the causes and effects of global warming. However, not much has been thoroughly discussed with regards to the working of global warming, as in, how does it affect the atmosphere. To begin with, for the reason that greenhouse effect is the key cause behind global warming, that's where the working mechanism of global warming can be understood from. When the gas concentration of the Earth's shield is increased due to trapped gases, global temperature takes a hike, thus, leading to global warming.
In addition, while weather analysts had a proper method of predicting weather patterns, for the reason that the temperature of Earth has increased, it has become an all the more difficult job to predict weather patterns now. Increase in temperature has led to violent storms, and has damaged many coastal areas of the world. Furthermore, the changing weather patterns as a result of global warming have led to flooding in some areas and drought in others. This instability in weather has led to the destruction of many areas, and has made others more vulnerable to such calamities. Also, global warming works against the seasonal water cycles, thereby, leading to excess seasonal flows by melting the glaciers. On the other hand, since many areas experience increased temperature, the rivers in those areas dry up easily, leading to water scarcity.
The working mechanism of global warming has left no facet of the Earth untouched. From risen temperatures to vegetation, from wildlife to natural entities, the effects of global warming have disrupted the equilibrium of life on Earth. Global warming works its way by sending heat waves that may cause heat-related illnesses and deaths. While it is almost impossible to predict what is the degree of destruction can global warming do to the humankind, it can still be said that global warming is going to take a toll on the global economy by damaging it vastly, if not totally.
Before it's too late, every human on planet Earth should take the responsibility of guiding others with respect to the pros and cons of global warming. Recycling, plantation of more and more trees, and reducing carbon gas emissions could be some of the first few steps that every person in this world can take for the purpose of contributing to the wellness of our planet Earth. Global warming is enormous, however, even the littlest of contribution confirms hope within all. On the side of contribution or destruction - you choose.